Siang itu panas terik melanda sebagian kota Yogyakarta yang sedang lengang dan sepi pengunjung. Memang virus Corona yang mewabah sejak beberapa bulan yang lalu, telah merenggut kebebasan warga Yogyakarta untuk melaksanakan aktivitas di luar rumah seperti hari – hari biasa.
Pemerintah bahkan menganjurkan warga masyarakat untuk tinggal di rumah guna memutus mata rantai merebaknya virus corona. Anjuran ini berlaku hampir di seluruh wilayah Indonesia terutama daerah yang kasus positifnya dikategorikan tinggi ambil contoh Jakarta. Himbauan pemerintah tersebut mendorong sektor pendidikan untuk menonaktifkan segala kegiatan belajar mengajar dan adanya sistem kerja baru yaitu Work from Home atau bekerja dari rumah baik untuk sektor pemerintah maupun swasta.
Pemberlakuan aturan stay at home ini mengakibatkan terjadinya perlambatan ekonomi disebabkan karena pelaku usaha informal seperti pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terutama para pedagang kaki lima kehilangan pangsa pasarnya. Jika pelaku bisnis sudah menjajal dunia online dan e commerce mampu bertahan bahkan mengalami kenaikan transaksi pada situasi ini, tetapi tidak demikian bagi PKL yang hanya mengandalkan penerimaan harian dari hasil jualan mereka.
Selain itu, banyak perusahaan di berbagai sektor memilih merumahkan karyawan karena ingin memangkas biaya operasional. Perusahaan terpaksa memilih jalan tersebut sebab kelesuan ekonomi akibat wabah virus Corona menyebabkan pendapatan perusahaan turun drastis sementara biaya pegawai dan operasional lain terus berjalan. Kondisi ini menyebabkan sebagian masyarakat menjadi kurang berdaya secara ekonomi. Kehilangan pekerjaan yang berarti kehilangan sumber pendapatan keluarga menjadikan masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok salah satunya kebutuhan akan makanan.
Kondisi inilah yang melatarbelakangi Tim APP Paroki St. Albertus Agung Jetis mengadakan kegiatan Peduli lawan pandemi: Bakti sosial tanggap bencana covid-19 tahap yang kedua.
Dua ratus paket sembako dibagikan kepada umat lingkungan yang kurang mampu sesuai dengan data yang diberikan ketua lingkungan. Satu paket sembako terdiri dari beras, mie telor, biskuit kering, kecap manis, minyak goreng dan gula pasir. Selain sembako, diberikan pula masker kain hasil produksi tim PSE paroki. Masker kain ini dibuat dari kain batik perca yang sudah tidak digunakan, dijahit, ditambah karet dan bahan pelengkap lain.
Beberapa bahan pokok yang diberikan merupakan sumbangan dari umat dan sisanya didanai oleh donatur dan gereja. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, 13 April 2020 pukul 10.00 hingga 11.30 WIB. Tim PSE, APP dan tim lain yang tergabung dalam bidang kemasyarakatan sudah mempersiapkan kegiatan ini dari sejak seminggu sebelum tanggal pelaksanaan. Para relawan membeli sembako, membungkusnya dalam 200 paket dan mendistribusikan ke lingkungan melalui ketua wilayah masing-masing.
Total 200 paket sembako diterima oleh umat lingkungan (katolik dan non katolik) dalam keadaan layak dan mendapatkan sambutan yang baik. Umat yang berdomisili di wilayah satu dan wilayah dua yang mendapatkan bantuan paket sembako masing-masing sebanyak 48 keluarga katolik dan 1 keluarga non katolik. Di wilayah tiga mencapai 43 keluarga katolik dan 1 keluarga non katolik. Sementara umat di wilayah empat yang mendapatkan paket sembako sejumlah 58 keluarga katolik.
Bakti sosial ini berjalan dengan lancar dari awal hingga akhir. Kiranya gereja mampu menjadi perpanjangan tangan Tuhan yang senantiasa peduli dan perhatian kepada umatnya yang berkekurangan khususnya karena dampak virus covid-19. Dan semoga wabah virus covid-19 ini segera berakhir! Tuhan memberkati.
.
.
Penulis : Christina A.R.
Foto oleh : Tim Kemasyarakatan