Romo Parman Pimpin Munggah Molo – Simbol Syukur & Harapan

Yogyakarta, 17 Juli 2025 – Tradisi munggah molo adalah salah satu kearifan lokal Jawa yang masih terus dijaga hingga saat ini, termasuk dalam lingkup Gereja Katolik.

Dalam konteks pembangunan gedung, khususnya gedung aula pastoral yang sedang dibangun di Paroki Jetis Yogyakarta, tradisi ini kembali dilaksanakan dengan penuh makna dan kebersamaan.

Munggah molo menjadi simbol harapan, doa, dan ungkapan syukur seluruh umat atas proses pembangunan yang sedang berjalan.

Dipimpin Romo Parman dengan Suasana Khidmat

Pada kesempatan istimewa tersebut, acara dipimpin oleh Romo Vincentius Suparman Pr. yang dengan penuh hikmat memimpin doa bersama.

Romo mengajak umat dan semua yang hadir untuk menyadari bahwa pembangunan fisik bukan sekadar membangun gedung, tetapi juga membangun semangat kebersamaan, iman, dan kasih dalam kehidupan menggereja.

Doa yang dipanjatkan menjadi tanda bahwa setiap batu, kayu, dan tiang yang ditegakkan bukan hanya hasil kerja tangan manusia, tetapi juga berkat dari Allah.

Acara ini turut disaksikan oleh dewan pastoral paroki serta berbagai pihak yang terlibat dalam pembangunan. Kehadiran mereka menunjukkan betapa pentingnya kerja sama dalam setiap langkah pembangunan.

Dari umat yang ikut memberikan dukungan moral maupun materi, hingga para pekerja yang berjerih payah di lapangan, semuanya memiliki peran yang tidak tergantikan.

Munggah molo menjadi momentum yang mengikat seluruh lapisan umat dalam satu tujuan yang sama.

munggah molo

Simbol Iman dan Kebersamaan Umat Dalam Spiritualitas Katolik

Secara tradisional, munggah molo merupakan tanda bahwa bangunan sudah mencapai tahap struktur utama. Dalam budaya Jawa, saat balok atau kayu penopang utama berhasil dinaikkan, masyarakat berhenti sejenak untuk mengungkapkan rasa syukur.

Gereja Jetis yang berada di tengah masyarakat Jawa tidak melewatkan tradisi ini, melainkan mengintegrasikannya dalam nuansa iman Katolik. Dengan begitu, kearifan lokal tetap hidup berdampingan dengan spiritualitas Katolik.

Momen ini juga memberikan pesan simbolis bahwa pembangunan gereja atau aula pastoral tidak hanya berbicara tentang fisik bangunan, tetapi juga pembangunan iman umat.

“Seperti molo yang menopang bangunan, iman umatlah yang menopang kehidupan menggereja,” ujar Romo Parman dalam sambutannya. Kalimat tersebut memberi makna mendalam bahwa kekuatan sejati Gereja ada pada iman yang hidup dalam umat.

munggah molo

Suasana saat acara berlangsung penuh dengan kegembiraan dan rasa syukur. Umat yang hadir menyaksikan tiang utama dinaikkan dengan penuh perhatian.

Ada rasa bangga sekaligus haru karena melihat impian akan gedung pastoral yang representatif semakin dekat dengan kenyataan. Kehadiran doa dan tradisi lokal membuat suasana semakin sakral dan bermakna.

Bagi umat Paroki Jetis, aula pastoral yang sedang dibangun bukan hanya sekadar bangunan baru. Gedung ini nantinya akan menjadi tempat berkegiatan, belajar, berlatih, dan berjumpa satu sama lain dalam kasih persaudaraan.

Munggah molo menjadi doa awal agar gedung tersebut nantinya menjadi rumah bersama yang menumbuhkan iman dan solidaritas antarumat.

munggah molo

Harapan untuk Masa Depan Gereja

Dewan pastoral paroki yang hadir dalam acara ini juga memberikan apresiasi atas keterlibatan umat. Mereka menekankan bahwa pembangunan ini adalah buah gotong royong.

“Tanpa kebersamaan, pembangunan tidak akan berjalan lancar,” ungkap salah satu anggota dewan. Dengan demikian, munggah molo menjadi tanda nyata bahwa gereja hidup dari semangat kebersamaan umatnya.

Tradisi ini juga menjadi pengingat bahwa pembangunan rohani harus berjalan seiring dengan pembangunan fisik. Gedung aula boleh saja berdiri megah, namun yang lebih penting adalah bagaimana umat yang menggunakannya semakin bertumbuh dalam iman, semakin aktif dalam pelayanan, dan semakin erat dalam persaudaraan.

Inilah makna terdalam yang ingin ditekankan melalui acara munggah molo. Dengan demikian, acara munggah molo yang dilaksanakan di Yogyakarta ini bukan hanya sekadar tradisi turun-temurun, tetapi telah diberi makna baru dalam terang iman Katolik.

Dipimpin oleh Romo Parman, disaksikan dewan pastoral paroki, dan dihadiri umat dengan penuh antusias, acara ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan pembangunan aula pastoral. Tradisi, iman, dan kebersamaan menyatu indah dalam satu peristiwa yang akan dikenang umat Paroki Jetis.

.

Reporter : Ryan Kosasih

Penulis : Franciskus

Fotografer : Ryan Kosasih

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here