14 Juli 2019
Gereja Paroki St. Albertus Agung Jetis
Hangatnya mentari dan udara pagi ini tercium sangat segar, sesegar wajah-wajah baru pengurus Lingkungan St. Rafael Penumping yang dalam beberapa menit ke depan akan diangkat dan diresmikan oleh Romo Rafael Tri Wijayanto Pr.
Dalam pidato pembukaannya Romo Tri (panggilan akrab Romo Rafael Tri Wijayanto Pr.) sendiri menyampaikan bahwa dalam perayaan ekaristi hari Minggu 14 Juli 2019 di misa ke dua ini akan diadakan pengangkatan pengurus lingkungan baru, bersama-sama dengan peresmian Lingkungan St. Rafael Penumping yang merupakan pemekaran dari Lingkungan St. Ignatius Loyola Penumping.
Pemekaran wilayah Penumping ini sudah di rencanakan oleh Romo Paroki sejak tahun 2014, berawal karena jumlah KK yang ada di wilayah penumping melebihi batas standart operasional yang tercantum di PPDP (Pedoman dasar Pelaksanaan Dewan Paroki). PPDP merupakan pedoman dasar Dewan Paroki yang telah disahkan oleh Keuskupan Agung Semarang. PPDP ini menyangkut tentang seputar pengelolaan kebutuhan pastoral yang lebih efektif dan bertujuan untuk ‘menyapa umat’.
“Dalam pedoman ini memiliki ketentuan yakni membatasi jumlah KK yang ada di setiap satu Lingkungan. PPDP membatasi 10-50 KK per lingkungannya, sedangkan di lingkungan Penumping memiliki 86 KK sehingga perlu dimekarkan agar umat dapat terlayani dengan batas wilayah yang lebih kecil serta untuk memunculkan tokoh-tokoh keterlibatan baru didalam hidup menggereja khususnya di lingkungan.” Ujar Romo Rafael Tri Wijayanto selaku Romo Paroki St. Albertus Agung Jetis.
Ini merupakan kali kedua Paroki St. Albertus Agung Jetis menjalankan Program Pemekaran Lingkungan ini yang sebelumnya telah di terapkan di Lingkungan Karangwaru yang di namakan Lingkungan Materdei, tujuan dari Pemekaran Lingkungan ini yaitu agar dapat memudahkan umat untuk dilayani. “Hingga saat ini Lingkungan Materdei berjalan sangat baik dengan adanya bukti yaitu kehadiran dan keterlibatan umat yang lebih banyak dari sebelumnya saat lingkungan Karangwaru belum di mekarkan.” Lanjut Romo Tri.
Homili pada misa ke dua ini dibawakan oleh Romo Bernardus Singgih Guritno Pr., dalam homilinya pertama-tama Romo Singgih membawakan sebuah cerita mengenai seorang Raja yang ingin melihat hubungan/interaksi antar rakyatnya.
Sang Raja tersebut dengan sengaja menaruh sebuah batu besar di tengah-tengah jalan yang sering dilalui rakyatnya. Ia pun mengamati dari kejauhan.
Beberapa waktu berlalu ada seorang rakyatnya yang melintasi jalan tersebut. Ketika diamati, rakyatnya tersebut hanya menggerutu sembari mengucap “kenapa sih ada batu sebesar ini di tengah jalan?!” kemudian berlalu mencari jalan lain.
Begitu pun yang terjadi dengan dua orang rakyatnya yang lain. Mereka cuek & tidak peduli, hanya menggerutu saja. Tetapi tidak melakukan perubahan. Tidak ada yang berusaha menyingkirkan batu besar tersebut dari tengah-tengah jalan.
Sang Raja pun sedih, ternyata rakyatnya tidak sesuai harapannya. Mereka tidak tumbuh menjadi dewasa ketika menghadapi persoalan yang terjadi.
Romo Singgih kemudian mengkaitkan dengan kondisi gereja Katolik, keadaannya mungkin hampir-hampir mirip dengan rakyat di atas jika umat bersikap apatis, cuek dan tidak peduli.
Gereja Katolik bisa bertumbuh karena ada orang-orang yang peduli, ada banyak umat yang haus akan perubahan dan peduli terhadapnya. Gereja Katolik tidak bertumbuh secara otomatis.
Romo Singgih juga mengajak seluruh umat Paroki Jetis untuk bergerak, melakukan perubahan secara konkret. Tidak hanya mengkritik setiap ada misa atau mengkritik pelayan-pelayan misa di gereja, namun untuk terlibat dan berpikir untuk menjadi bagian dari pelayan misa.
Sangatlah mudah untuk mengkritik sound system gereja yang tidak bagus, atau mungkin mengeluh bahwa petugas parkir gereja tidak profesional. Padahal Gereja Katolik akan berkembang karena adanya orang-orang yang peduli dan mau terlibat.
Pada hari ini umat Paroki Jetis mensyukuri adanya pelantikan ketua lingkungan & pengurus lingkungan baru. Syarat utama untuk menjadi pengurus hanya satu, yaitu PEDULI.
Bagaimana cara kita peduli?
- Dengan mengingat pengalaman kita saat kecil, saat mencium tangan (salim) si Mbah kita masing-masing atau orang yang di-tua-kan.
- Mengucapkan “Nderek langkung/permisi” ketika melewati orang di jalan/gang
- Saling menyapa orang yang dirasa kenal atau tetangga sebelah rumah
- Ketika mengadakan acara besar, kita juga bisa berbagi dengan orang lain
Sikap peduli perlu dilatih, tidak muncul secara instant, ia perlu dipelajari & terus dilatih. Sudah menjadi tanggung jawab kita semua untuk meneruskannya pada generasi muda (adik-adik atau yang berusia lebih muda dari kita).
Kesimpulan homili hari ini :
Kita diajak merenungkan kepedulian terhadap sesama kita, dan peduli perlu dilatih dalam kehidupan sehari-hari kita.
Setelah homili berakhir, dilanjutkan dengan pemercikan air suci sebagai tanda pelantikan pengurus lingkungan baru dan peresmian Lingkungan St. Rafael Penumping.
Tentu perjalanan umat Lingkungan Penumping dalam proses Pemekaran Lingkungan ini tidaklah mudah. Program Pemekaran ini juga mendapat dukungan Pro dan Kontra dari umat Lingkungan Penumping ini, ada beberapa umat yang mendukung Pemekaran ini karena dapat mengembangkan lingkungannya masing-masing, dan ada pula beberapa umat yang keberatan karena khawatir kekurangan anggota dan kegiatan harian pun jadi tidak hidup lagi. “Maka dari itu saya katakana jangan pesimis, kita harus optimis. Kita harus berani untuk maju. Apa adanya kita, kita coba untuk berlatih dengan segala kekurangan kita.” Ujar Bapak Agustinus Budi Eko Priyanto selaku Ketua Lingkungan Rafael Penumping
Akhirnya setelah disosialisasikan saat Misa Lingkungan yang di pimpin langsung oleh Romo Paroki, maka segenap Umat Lingkungan Penumping menyepakati bersama untuk menjalankan Program Pemekaran Lingkungan Penumping. “Sangat bermanfaat sekali karena membuat umat yang tadinya ‘tidur’ dapat ‘bangun’ kembali. Dengan adanya Program Pemekaran ini kita bisa menggugah hati umat untuk mengambil bagian dan berperan dalam kepengurusan gereja.” Lanjut Bapak Agustinus Budi Eko Priyanto
Peresmian Program Pemekaran ini dirayakan bersamaan dengan Misa Mingguan di Paroki St. Albertus Agung Jetis dan dilanjut dengan perayaan pemotongan tumpeng untuk mengungkapkan wujud syukur atas terlaksananya Program Pemekaran Lingkungan Penumping.
Pemekaran Lingkungan tidaklah bertujuan untuk memecahkan atau memisahkan umat, justru Pemekaran ini memiliki tujuan untuk menggugah hati umat agar dapat merekah dan mau melibatkan diri untuk saling melayani satu sama lain.
“Lahirnya lingkungan baru diibaratkan seperti lahirnya Kristus yang baru yang dapat menyelamatkan banyak orang. Harapan untuk kedepannya, teruskan semangat yang ada dengan mengambil inspirasi dari Roh Allah sendiri yang akan membuat kita mampu. Yang kita butuhkan adalah kesediaan. Kalo soal kesulitan pasti ada, tapi itu Tuhan yang akan mendandani semuanya, dan itu akan terjadi. Saya Yakin.” Ujar Romo Tri sambil tersenyum simpul.
Penulis : Veda & Frans
Foto : Frans & Angie