Renungan Harian Hari Ini dan Bacaan Injil 1 April 2025

Renungan Harian Hari Ini 1 April 2025, Bacaan Injil Yohanes 5:1-3a, 5-16 (baca Alkitab – klik disini)

Bacaan I: Yeh. 47:1-9.12; Mazmur: 46:2-3.5-6.8-9; R:8; PEKAN PRAPASKAH IV (U); St.Nonius Alvares Pereira;

Kemudian ia membawa aku kembali ke pintu Bait Suci, dan sungguh, ada air keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci itu dan mengalir menuju ke timur; sebab Bait Suci juga menghadap ke timur; dan air itu mengalir dari bawah bagian samping kanan dari Bait Suci itu, sebelah selatan mezbah.

Lalu diiringnya aku ke luar melalui pintu gerbang utara dan dibawanya aku berkeliling dari luar menuju pintu gerbang luar yang menghadap ke timur, sungguh, air itu membual dari sebelah selatan.

Sedang orang itu pergi ke arah timur dan memegang tali pengukur di tangannya, ia mengukur seribu hasta dan menyuruh aku masuk dalam air itu, maka dalamnya sampai di pergelangan kaki.

Ia mengukur seribu hasta lagi dan menyuruh aku masuk sekali lagi dalam air itu, sekarang sudah sampai di lutut; kemudian ia mengukur seribu hasta lagi dan menyuruh aku ketiga kalinya masuk ke dalam air itu, sekarang sudah sampai di pinggang.

Sekali lagi ia mengukur seribu hasta lagi, sekarang air itu sudah menjadi sungai, di mana aku tidak dapat berjalan lagi, sebab air itu sudah meninggi sehingga orang dapat berenang, suatu sungai yang tidak dapat diseberangi lagi.

Lalu ia berkata kepadaku: “Sudahkah engkau lihat, hai anak manusia?” Kemudian ia membawa aku kembali menyusur tepi sungai.

Dalam perjalanan pulang, sungguh, sepanjang tepi sungai itu ada amat banyak pohon, di sebelah sini dan di sebelah sana.

Ia berkata kepadaku: “Sungai ini mengalir menuju wilayah timur, dan menurun ke Araba-Yordan, dan bermuara di Laut Asin, air yang mengandung banyak garam dan air itu menjadi tawar,

sehingga ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup. Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup.

Pada kedua tepi sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan, yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habis; tiap bulan ada lagi buahnya yang baru, sebab pohon-pohon itu mendapat air dari tempat kudus itu. Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat.”

.

(46-3) Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut;

(46-4) sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya. Sela

(46-6) Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi.

(46-7) Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang, Ia memperdengarkan suara-Nya, dan bumipun hancur.

(46-9) Pergilah, pandanglah pekerjaan TUHAN, yang mengadakan pemusnahan di bumi,

(46-10) yang menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi, yang mematahkan busur panah, menumpulkan tombak, membakar kereta-kereta perang dengan api!

.

Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem.

Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya

dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu.

Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit.

Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: “Maukah engkau sembuh?”

Jawab orang sakit itu kepada-Nya: “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.”

Kata Yesus kepadanya: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.”

Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat.

Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: “Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.”

Akan tetapi ia menjawab mereka: “Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah.”

Mereka bertanya kepadanya: “Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?”

Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu.

Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.”

Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia.

Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.

.

Inti segala yang kita bicarakan itu ialah: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga,

dan yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia.

Sebab setiap Imam Besar ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan persembahan dan karena itu Yesus perlu mempunyai sesuatu untuk dipersembahkan.

Sekiranya Ia di bumi ini, Ia sama sekali tidak akan menjadi imam, karena di sini telah ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat.

Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: “Ingatlah,” demikian firman-Nya, “bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu.”

Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi.

Sebab, sekiranya perjanjian yang pertama itu tidak bercacat, tidak akan dicari lagi tempat untuk yang kedua.

Sebab Ia menegor mereka ketika Ia berkata: “Sesungguhnya, akan datang waktunya,” demikianlah firman Tuhan, “Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda,

bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka, pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Sebab mereka tidak setia kepada perjanjian-Ku, dan Aku menolak mereka,” demikian firman Tuhan.

“Maka inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu,” demikianlah firman Tuhan. “Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.

Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya, atau sesama saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku.

Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.”

Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya.

.

renungan harian hari ini

Kompetisi adalah salah satu ciri menonjol dalam kehidupan dewasa ini. Orang beradu kekuatan untuk meraih keberhasilan. Bahkan untuk menang atau menjadi yang terdahulu orang mau menghalalkan segala cara. Dalam kompetisi pasti ada yang kalah ada yang menang, ada yang unggul, ada yang jadi korban dan tersingkir.

Injil hari ini mengisahkan mukjizat penyembuhan seorang yang telah menderita sakit selama tiga puluh delapan tahun di Betesda. Betesda dalam Bahasa lbrani berarti rumah kemurahan atau rumah anugerah. Penginjil menggambarkan besarnya rumah ini dengan menyebut serambinya yang berjumlah lima.

Di sana datang banyak orang sakit, mengharapkan kemurahan dan anugerah Allah. Namun, justru di tempat yang seharusnya menjadi tempat anugerah, terjadi ironi: Ada yang sudah tiga puluh delapan tahun sakit dan berharap mendapat anugerah kesembuhan, justru tidak memperolehnya karena tidak ada yang menolong.

Ada banyak alasan orang tidak menolong. Mungkin karena keterbatasan. Bisa karena situasi yang sulit. Tetapi, ada juga yang tidak menolong karena memang tidak mau peduli pada penderitaan orang lain.

Ada cukup banyak saudara-saudari kita yang berada dalam situasi terbatas, menderita dan berjuang sendiri tanpa ada yang membantu. Setiap murid Kristus, setiap komunitas Kristiani diundang menjadi rumah kemurahan, rumah anugerah bagi siapa pun yang menderita, bukan sebaliknya justru menjadi penghalang, tutup mata dan tidak peduli atas penderitaan sekeliling.

Di tengah kompetisi yang keras dan sering memakan korban, kita diajak untuk berlomba-lomba berbuat baik dan menjadi perpanjangan tangan kebaikan Tuhan.

.

Tuhan yang penuh kasih, di dunia yang penuh dengan persaingan ini, kami sering kali lupa untuk melihat sesama kami yang menderita dan membutuhkan uluran tangan. Kami sibuk mengejar keberhasilan, tanpa menyadari bahwa di sekitar kami ada yang berjuang sendiri dalam kesulitan.

Ajarlah kami untuk memiliki hati yang peka dan penuh belas kasih, seperti Yesus yang menyembuhkan orang sakit di Betesda. Jangan biarkan kami menutup mata terhadap penderitaan sesama atau berlomba-lomba hanya untuk kepentingan diri sendiri.

Jadikanlah kami perpanjangan tangan kasih-Mu, agar di mana ada kesedihan, kami dapat membawa penghiburan. Di mana ada kesulitan, kami dapat memberikan pertolongan. Di mana ada keputusasaan, kami dapat menyalakan harapan.

Mampukan kami untuk selalu berlomba-lomba dalam berbuat baik, bukan untuk mencari pujian, tetapi untuk memuliakan nama-Mu. Bentuklah kami menjadi komunitas yang peduli dan penuh kemurahan hati, sehingga hidup kami menjadi rumah anugerah bagi sesama. Amin.

.

Tuhan Yesus, doronglah kami untuk peduli satu sama lain. Amin.

Sumber: Ziarah Batin 2025, OBOR Indonesia

Baca Juga: Renungan Harian Hari Ini 31 Maret 2025
Baca Juga (KLIK): Doa Pagi Katolik Untuk Awali Hari Indahmu

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here